Senin, 06 Juli 2009

Sebungkus Nasi Uduk, Gorengan Tempe dan Bakwan



Sebungkus Nasi Uduk, dan Gorengan Tempe


Sebelumnya ini cerita yang ana alami selama ana kuliah di kampus universitas indonesia. Ana adalah mahasiswa universitas indonesia fakultas kesehatan masyarakat, Jurusan kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ). Sampai saat ini ana masih bingung tentang apa itu kebaikan, sejatinya bukan dari makna harfiah saja. Ana masih mencari bagaimana kebaikan itu, apa itu kebaikan dan mengapa orang melakukan kebaikan serta apa kebaikan itu perlu di ucapkan atau di kasih suatu penghargaan. Karena jika hal demikian akan dapat menimbulkan Riya” dan menggugurkan pahala..semoga alloh azza wajalla mengampuni kita semua.

Suatu hari seperti biasanya, ana berangkat ke kampus sekitar pukul 7.00 pagi. Hal tersebut ana lakukan rutin tiap hari dari hari senin sampai sabtu utuk menuntut ilmu dari kampus tercinta. Ana naik kreta rel listrik ( KRL ) dari stasiun kali bata jakarta selatan. Yah kreta yang murah meriah Cuma seharga 1.500 rupiah tetapi keselamatan dan fasilitasnya masih jauh dari standar keselamatan. Namanya juga 1.500 ( batinku mana mungkin keselamatan dapat di nilai semurah itu ). Waktu pun bergulir, kreta ekonomi jurusan jakarta bogorpun lewat dan masuk stasiun kalibata. Ana segera bergegas masuk kreta dan bergabung dengan orang yang berjubel di dalam kreta yang juga banyak yang berdiri seperti biasanya. Kreta pun jalan dan setelah sekitar 25 menit kretapun sampai di stasiun pondok cina daerah depok. Waktupun sudah menunjukkan pukul 8.00 wib. Yah tidak apa apa ( batinku ), soalnya hari ini ana masuk pukul 10.00. hari ini tepatnya tanggal 29 Juni 2009 ana kuliah Promosi keselamatan dan kesehatan kerja ( Promosi K3 ) Yang di ampu oleh Dosen Dr. Robiana Modjo, SKM, Mkes. Karena masuk kuliahnya jam 10 dan saat ini waktu masih menunjukkan pukul 8 jadi masih ada waktu sisa banyak. Oleh karena itu saya singgah dulu di Taman mangga/BPM ( Bawah Pohon Mangga ) sambil buka-buka buku karena kebetulan hari itu mau UTS promkes dan sambil cek email di internet lewat Hotspot di BPM.

Selang beberapa menit teman ana yang bernama SB datang. Ya sambil baca-baca kita ada ngobrol-ngobrol kecil. Dia bercerita beberapa hari yang lalu dia tidur di kos-annya RC yang tidak jauh dari kampus UI di daerah margonda raya, depok. Dia bercerita, bahwa pagi2 sekali begitu bangun RC bercerita tentang ana, dia mengatakan bahwa ana BAIK ” karena pagi2 kata RC ana mau membawakan makanan ( 2 bungkus nasi Uduk dan gorengan ) buat ana sendiri dan dia. Nah dari sini teman ana SB agak heran karena yang pertama kali dia ucapkan habis dari bangun tidur adalah cerita tentang ana dengan kata kata bahwa ana ” Baik ”ana sendiri heran kenapa SB Heran. Mungkin yang dia temuai adalah masyarakat yang heterogen dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Karena di jakarta dan daerah sekitarnya, jarang sekali dan bahkan sebagian besar budaya tolong menolong sudah luntur.

Kalo menurut ana, hal tersebut wajar mengingat disini kota besar, jadi apa yang kita lakukan ya harus sendiri. Padahal kalo di bandingkan dengan dulu ana kuliah di Poltekkes Depkes Yogyakarta, di sana rasa persaudaraannya masih sangat kuat dan rasa tolong menolong dan toleransinya masih sangat tinggi. Apa lagi dulu ana tinggal di asrama poltekkes depkes yogyakarta, jadi mengalami suka dan dukanya bersama-sama dengan para penghuni asrama. Kita sudah terbiasa kalo ada apa-apa di makan bersama sama, pergi bersama-sama, belajar bersama-sama. Kita sudah terbiasa saling pinjam meminjam uang jika pas kebetulan lagi tidak punya, saling membelikan makanan dan banyak lagi cerita suka dan duka di asrama. Suatu ketika ana meminjamkan uang yang menurut ana lumayan banyak kepada 3 Orang, kakak kelas, teman se angkatan dan adik kelas yaitu berinisial SO, RD, dan SA dalam waktu yang berbeda. Bahkan sampai dia lulus ana tidak pernah menagihnya. Kalo kepada RD ana pernah mengatakan gpp kalo sekarang belum ada, besok aja kalo antum dah lulus dan sudah bekerja dan hal itu wajar di lakukan di dalam asrama dan di daerah Yogyakarta yang di sana budaya saling tolong menolong masih kental.

Suatu ketika ada teman ana seorang akhwat yang sebelum ana masuk poltekkes depkes yogyakarta, dia membutuhkan uang buat bayar semesterannya. Ya karena kebetulan ana pas ada uang, lalu ana kasihkan saja buat si AN buat bayar semesteran dia dulu. Seperti halnya kepada RD ana katakan pula kalo pelum punya ga usah dibayar dulu sampai antum bekerja. Nah setelah 3 tahun lebih dia lulus dan bekerja dia baru membayar pinjaman uangnya. Hal tersebut ana kira wajar karena agama juga memerintahkan untuk kita saling tolong menolong dalam kebaikan.

Kembali ke topik awal, mengenai perkataan SB bahwa RC berkata ” Baik ” hal tersebut menjadikan ana heran, kenapa seolah-olah perkataan ini ada suatu beban di pundak ini. Kata-kata ”Baik” meskipun kayaknya sepele sungguh memberikan suatu beban yang sangat berat kepada ana. Karena ana merasa bahwa ana sangat banyak dosa dan tidak pernah merasa banyak melakukan suatu perbuatan yang baik. Sebenarnya hal tersebut sangatlah wajar menurut ana. Tiap harinya seperti biasa ana membawa makanan dan gorengan membeli di jalanan sambil pergi ke kampus. Dan jika jumlahnya lumayan banyak ana bagi-bagikan ke teman2. selain itu ana juga sering membawa ketan yang notabene kesukaannya CK dan Gethuk kesukaannya OB..

Kalo mengingat kata-kata kebaikan ana jadi teringat mengenai cerita dari akh. Krisna dari jurusan gizi, kesmas UI yang di kirim lewat facebook : ceritanya begini, suatu ketika ada suatu anak yang lagi marah kepada ibunya, lalu dia kabur dari rumah selama beberapa hari. Suatu hari karena tidak membawa bekal maka anak itu kebingungan untuk makan karena seharian belum makan. Dia merasa sangat lapar dan kebingungan karena tidak mempunyai sepeserpun uang buat membeli makanan. Dia melihat ke penjual mie yang lagi rame-ramenya. Dia memperhatikan lama sekali, sampai warung tersebut sepi. Selanjutnya ibu penjual mie tersebut melihat anak itu dan bertanya, ” apakah anda mau makan mie...? tanya ibu tersebut. Lalu anak tersebut bilang iya saya mau, tetapi saya tidak punya uang. Terus ibu tersebut bertanya kepada anak kecil itu di mana rumahnya dan apakah masih punya orang tua..?

Anak kecil itu menceritakan kenapa dia peri dari rumah dan bercerita panjang lebar. Selanjutnya setelah anak itu selesai bercerita ibu tersebut memberikan semangkuk mie panas kepada anak kecil itu. Setelah selesai makan, anak itu di berkata terima kasih ibu, kata anak itu ..” ibu baik sekali ”.

Mendengar perkataan anak kecil itu, ibu tersebut tersenyum, lalu ibu itu berkata : apakah hanya dengan semangkuk mie saja kamu berkata terima kasih dan berkata baik sekali kepada saya.

” Sadarkan kamu, berapa mangkuk makanan setiap hari yang bapak dan ibu kamu berikan kepada kamu...?

Berapa kasih sayang yang telah di curahkan kepada kamu dari kamu lahir sampai sekarang..?

Berapa banyak harta dan bahkan nyawapun di pertaruhkan ibu kamu saat kamu di lahirkan demi melihat kamu tersenyum bahagia meskipun dalam batin ibu dan ayah kamu pedih demi kebahagiaan kamu..?.

Sadarkah kamu atas semua itu. Kamu bertemu saya baru beberapa menit yang lalu dan berkata ” Baik ”..padahal orang tua kamu yang telah memberikan kamu makan setiap hari sampai bertahun tahun sampai kamu sebesar ini. Bukankah kedua orang tuamu justru lebih berjasa di banding dengan saya yang baru berjumpa beberapa menit yang lalu. Pernahkan kamu berterima kasih kepada kedua orang tuamu..?

Mendengar perkataan tersebut anak tersebut langsung pulang dan bersimpuh di pangkuan bapak dan ibunya dan mengucapkan permintaan maaf.

Itu sepenggal kisah dari cerita yang di kirim oleh Akh.Krisna. nah dari sini ana jadi bingung, sebenarnya kebaikan itu apa, di nilai dengan apa, bagaimana caranya. Bukankah sebagian dari kita biasanya dalam melakukan sesuatu berharap adanya imbalan dan supaya dapat di lihat oleh orang lain. Meskipun kadang-kadang menolong juga dapat berakibat fitnah kepada pihak yang menolong/berbuat baik, tetapi sesungguhnya hal tersebut dapat menjadikan cobaan kepada kita. Karena ingat ”” Duri Hari Ini...” Adalah Bunga Hari Esok ””..Seperti kata pepatah ” Tidak ada yang tersandung karena pegunungan. Kerikil-kerikillah yang membuat engkau tersandung. Lewati semua kerikil di jalanmu dan kau akan mendapatkan bahwa kau telah melewati gunung ”.

Tetapi bagi ana yang penting segala sesuatu di pasrahkan kepada Alloh SWT. Karena jika kita melakukan sesuatu maka kita jangan mengingat sesuatu itu, dan anggaplah kita belum pernah melakukan sesuatu itu, jadi kita akan berlomba-lomba untuk melakukan sesuatu yang lain.

Oleh karena itu janganlah mengharap sesuatu kepada manusia, karena segalanya akan menyebabkan riya yang akan menggugurkan pahala kita, berharaplah kepada alloh semoga apa yang kita lakukan dapat menjadikan amal dan pahala. Semoga Alloh azza wajalla dapat mengampuni dosa ana karena kesalahan datangnya dari ana, dan kebenaran datangnya hanya dari Alloh SWT.

Semoga kita akan bergerak lebih baik lagi dan dapat menanamkan rasa saling tolong menolong kepada siapapun dan di manapun kita berada tanpa memperhatikan suku, agama, ras.dll. karena betapa indahnya jika kita meninggal dan orang mengingat kita karena kebaikan kita, bukan karena kejahatan kita. Ibarat gajah mati meninggalkan gadingnya.

Maaf bagi yang membaca tulisan ini, jika tidak jelas pangkal dan ujungnya karena ana sendiri tidak tahu harus memulainya dari mana dan mengakhirinya di mana. Ana juga tidak ada bakat menjadi seorang penulis jadi mohon maaf jika kacau tulisannya.. Tulisan ini telah mendapatkan persetujuan dari pihak – pihak yang terkait dari teman-teman ana spt SB, RC dan Krisna.


Di Posting Oleh : Dorin Mutoif, Alumni SKI tahun kepengurusan 2005-2006 dan 2006-2007 Poltekkes Depkes Yogyakarta, Jurusan Kesehatan Lingkungan

Universitas Indonesia, Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja/K3,

Munggu Rt 02, Rw 02, Gang Mlaten No 02 No Rumah 05, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar